Background

Background

Silahkan klik beberapa gambar di bawah ini

  • image1
  • image2
  • image3
  • image4
  • image2
  • image1
  • image4
  • image3
  • image2
  • image2
  • image2
Teman itu tak akan muncul tanpa adanya menyapa
Siapa yang lebih dahulu menyapa dia yang pertama mengawalinya
Barang siapa yang tidak lebih dulu menyapa
Dia tidak akan pernah mengawalinya

Semua orang mempunyai rasa mereka sendiri-sendiri
Semua orang bisa merasakan kecocokan dalam suatu hubungan
Semua orang bisa mengatakan bahwa mereka sama
Semua orang juga bisa mencukupi  semua yang dia inginkan

Ada yang mempunyai teman banyak
Dia tidak memilih sendiri
Tapi dia hanya sekedar menghampirinya saja
Kemudian selalu menghamipirinya berkali-kali

Ada yang mempunyai sedikit teman
Dia tidak memilih sendiri
Tapi dipilihkan oleh Tuhan teman untuknya
Dengan sedikit kelembutan rencana yang dia tidak sadari

Ada juga yang memilih teman
Tapi teman tidak memilihnya
Ada teman yang memilihnya
Tapi dia tidak memilihnya

Sekedar teman bukanlah hal yang biasa
Mereka tetap akan mengawalinya
Dengan rincian waktu yang tidak bisa diduga-duga
Mereka hanya duduk kemudian berhasil

Banyak teman bukanlah rencana
Tapi Tuhan yang merencanakan
Dengan cara yang tidak bisa diduga-duga
Kita hanya berjalan kemudian banyak yang saling menghapiri

Sedikit teman bukanlah musibah
Semuanya ada waktu yang tidak bisa diduga-duga
Dia tidak merasa kekurangan
Dan dengan itu dia bisa memulai untuk berkenalan

Semua teman tidak pernah merencanakan untuk berteman jauh-jauh hari
Tapi tanpa diduga-duga Tuhan memberikan rencana agar kita merencanakannya secara singkat
Tuhan memberikan Hujan agar kita berencana mencari bantuan
Tuhan memberikan masalah agar kita berencana meminta hiburan

Tuhan memberikan hujan agar kita berencana mencari bantuan
Untuk sekedar menemani dengan cara yang tidak bisa diduga-duga
Tuhan memberikan masalah agar kita berencana meminta hiburan
Dan teman datang memberi hiburan dengan cara yang tidak bisa diduga-duga

Dugaan Tuhan akan lebih akurat
Agar bisa saling mengenal menjadi teman
Pemberian Tuhan tidak bisa diduga-duga
Tapi teman pemberian Tuhan akan lebih akurat
Adalah A yang kedua
Bilamana benda adalah enam
dan Cinta itu kurang dari di depannya
maka Dunia ini akan lebih besar lagi

walaupun hujan mEnitiki bumi
maka sadarlah aku sang Fajar akan membagi
membaGinya menjadi sembilan nyawa untuk cinta
sampai Harumnya cinta itu mengempati kepada siapapun

Indah ya, jika itu satu
dan Jatuhnya cinta hanya tertujuh padanya
Kemudian rasa itu menjadi kurang dari atau sama dengan sebelumnya
dan Lamanya waktu meminimalkan semuanya

jika kau ragu, ingatlah aku yang berMakna tiga
untukku, untukmu daN sama dengan untuk kita
yang Olehku akan mengisi kekosongan
sehingga semua Pertanyaan-pertanyaanmu akan terpuaskan lebih besar atau sama dengan harapanmu

maka ingatlah aku yang haQiki menambah kurangkan makna-makna
meRemukan semua persen keraguan
Seperti mata angin yang delapan
dan seTelahnya akan menambahkan kehidupan baru yang semakin yakin

Untuk sang kosong yang menitikan air matanya selalu
dan yang secara harViah mengurang tambahkan keragu-raguan
ingatlah aku yang ada disetiap Waktu yang ada untuk setiap sepuluh harimu
yang mengeXekusi mati semua perkalian mati dan ragu
Yang tidak ada untuk setengah hati
maka percayalah aku dan dZat yang menciptakan lima waktu untuk doamu


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

80.+990.4 71<=2 2<=0. 6182 3.<.%1+2<=2= <=.41>0.>=2=<=0. >=2>230. .=9<20. >=28+1 2<=2= 3.30.80.41 2<=0.

81/2 :.%>12= >=%2<=282
Ini adalah pertama saya menulis lagi setelah lama tidak menulis, liburan yang penuh dengan perbuatan dosa akhirnya ku tanggung sekarang setimpal dengan dosa-dosa itu, semua diperlihatkan keadaannya dan bagaimana situasi ini membuka mataku atas perlakuan manusia-manusia yang dibanggakan. Mungkin dulu biasa membanggakan tentang beberapa orang karena sekedar kedok hidup yang melibaskan kelabilanku, namun karena sudah terdewasakan dengan dosa-dosa akhirnya mulai memilih dan memipili sedikit demi sedikit manusia yang terbuka kedoknya.
Kedoknya mungkin sederhana, namun itu termasuk melanggar prinsip dan mustahil saya bisa hidup saat prinsipku itu diabaikan. Disitu saya mulai berhati-hati dan mulai ambil strategi jika memang dibutuhkan (gag nyambung).

Tapi disamping itu akhirnya sedikit keinginan tetap bisa terlaksana, meskipun masih merasa saya ini salah jurusan tapi dengan keribetan dan keberatan dalam melaksanakan jenjang pendidikan lanjut ini (lebay) akhirnya bisa berjalan diantara mahasiswa yang ramai dijalanan seperti di tivi-tivi, harusnya yang senang adalah si maba maba itu (baca : mahasiswa baru) tapi malah saya yang merasa bungah dengan hal itu, bisa berinternetan ria dengan para maba, dan bisa duduk di tengah-tengah cewek (kalo ini gag masuk itungan), ya rasanya bangga aja si... bisa bergelut bertempur hebat dan kuat setelah negara maba menyerang,
itulah yang bisa saya ungkapkan hari ini, meskipun kata-kata saya mubeng mubeng tidak jelas dihempas badai kayak gini, bahasanya Indonesia jadi-jadian (medok + ngapak = aneh) kayak gini setelah baru saja mendengar cerita sebelum bobok dari dosen bahasa indonesia , yang penting makan....
akhirnya saya mengutip pembukaan UUD (Utang-Utang Dasar) 2013 setelah banyak berlibur 

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa mahasiswa dan oleh sebab itu, maka penjajahan maba diatas dunia liburan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa dan sebagainya bagi para mahasiswa..."

#saya mohon maaf jika ada yang dirugikan atas posting saya
#tulisan ini hanya sekedar gurauan blaka
#postingan ini juga tidak menggunakan properti yang berbahaya
"Buka jendelamu"
"Bukalah hatimu"
"Lihatlah disekitarmu..."
Itulah sepenggal syair lagu dari film Rumah Tanpa Jendela yang dirilis 24 Februari 2011, disutradarai oleh Aditya Gumay, dibintangi oleh Emir Mahira dan Dwi Tasya. Film itu menggambarkan tentang seorang gadis miskin yang bermimpi punya jendela dirumahnya, mempunyai nenek yang yang sakit-sakitan, dan bekerja mengamen dan ojek payung waktu hujan.

Film itulah gambaran penduduk Indonesia yang beraneka ragam, dan gambaran penduduk miskin dan penduduk kaya Indonesia, bukan hanya itu, disitu juga menggambarkan tentang bagaimana padatnya penduduk indonesia yang bahkan rumah-rumahnya saling berdempetan, kecil, kumuh dan tanpa jendela hanya kardus dan triplek saja. Tergambarkan yang duduk ditempat itu adalah buangan warga kota yang menjadi miskin atau yang gagal dalam berurbanisasi dari daerah yang jauh. Begitu benyaknya kegiatan disatu tempat yang akhirnya menjadikannya kumuh sehingga untuk memperoleh kesehatanpun menjadi susah. Kenyataanya setelah banyak pemerinyah yang menonton film sejenis itu mereka hanya mengaku menangis namun enggan untuk membenahinya, ada memang yang main gusur namun tidak memberi ganti. Jika memang alasannya untuk hal yang jelas untuk masalah negara mestinya ada ganti yang layak, namun jika digusur, dipindahkan untuk kepentingan yang tidak jelas malah akan menjadikan kerusakan yang semakin parah, digusur untuk membangun moll, tempat perbelanjaan untuk siapa? kemudian jika sudah diusir namun saat proyek tidak pernah dilaksanakan atau berhenti ditengah jalan meninggalkan sisa yang malah akan menjadikan lahan rusak bagaimana? siapakah yang akan dilaksanakan?

Salah satu yang menjadikan itu adalah urbanisasi yang gagal, yang meninggalkan apa-apa demi sesuatu yang belum jelas akhirnya, kemudian menjadikan kepadatan penduduk yang terpusat kepada suatu daerah sehingga mengakibatkan taraf ekonomi yang tidak merata dan polusi manusia.
Setelah menjadi padat maka hal selanjutnya adalah sulitnya pendidikan yang dirasakan. Modal biaya sekolah tidak ada, jauhnya sekolah dari tempat itu atau gunjingan dari sekolah-sekolah sehingga sekolah-sekolahpun seadanya, fasilitas seadanya, seragam seadanya dan tempat yang seadanya sehingga banyak memanfaatkan tempat-tempat yang berbahaya untuk kegiatan belajar-mengajar seperti dibawah jembatan kereta atau dibawah jalan. Sebenarnya salah siapa?
Salah pemerintah yang tidak mau membantu, salah mereka yang menjadi peran utama atau salah kita yang tidak sensitif terhadap masalah kependudukan seperti itu.

Semoga saja kita akan segera mendapatkan jendela yang kita inginkan, untuk segera mendapatkan solusinya dan segera menuai jendela hasilnya.
Penduduk itu bukan hanya siapa saja yang lahir di Indonesia ataupun karena perpindahan dari negara lain. penduduk itu kita semua yang menghuni tempat raya ini baik di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Maluku dan pulau-pulau di Indonesia yang jumlahnya seribu.

Penduduk kita itu bukan hanya sekedar banyak namun yang pasti dari sekedar banyak itu ada suatu harapan yang bisa dikembangkan. Dilihat dari banyaknya penduduk Indonesia banyak yang memandang miskin, namun malahan sekarang semakin bayak warga yang kaya namun mengaku miskin, itulah mengapa Indonesia adalah Negara dengan jumlah kemiskinan yang tinggi, kenapa? karena yang kaya mengaku miskin dia akan menjadi lebih kaya dan orang yang miskin namun tidak mempunyai kesempatan membuat surat miskin dia malah akan semakin miskin. Dilihat dari pendidikannya tentu saja yang mempunyai banyak uang bisa sekolah dengan fasilitas lengkap dan yang biasa saja mendapat fasilitas yang biasa saja padahal mempunyai daya hasil yang sama namun hanya dipisahkan oleh nominal angka yang tidak setara. Lihat saja perbedaan fasilitas Sekolah yang seharusnya menjadi dasar malah roboh gedung-gedungnya, retak atapnya, sehingga untuk mendapatkan keseimbangan ilmu menjadi susah, namun di Sekolah Tinggi yang belajar terkadang hanya tiga kali seminggu malah saling meninggikan bangunannya, berlomba-lomba mencari bantuan kepada pemerintahan kita, yang akirnya yang sekolah hanya si kaya saja.

Penduduk Indonesia itu mempunyai banyak impian, untuk dirinya sendiri dan untuk anaknya. Si kecil ingin menjadi pilot, kakaknya ingin menjadi guru, tetangganya ingin menjadi tentara, keponakannya ingin menjadi dokter dan ibu dan ayahnya mempunyai impian yang besar untuk menyekolahkan anaknya hingga sukses nantinya.Namun apalah daya semua sistem berubah, penduduk hanya diibaratkan penduduk dan pemerintah diibaratkan pemerintah, membludaknya jumlah penduduk menjadi tidak terkontrol, sistem KB diselewengkan maknanya, benyak ide yang akhirnya salah sasaran.

Aku sebagai seorang penduduk punya mimpi. Jumlah penduduk yang merata haruslah bisa terjadi, adik-adikku yang kecil bisa sekolah, kakak-kakakku yang besar bisa sukses, ayah ibuku bisa bahagia, tetanggaku bisa tidur tenang, pencopet dan perampok bisa makan tanpa harus mencuri, para atasan juga bisa ramah dan berwibawa dan semua orang bisa tersenyum sehingga Negara kita menjadi Indonesianya dunia yang dibanggakan lagi sampai akhir nanti.