Pengembangan sumberdaya manusia melalui sekolah menengah kejuruan, khususnya program keahlian rumpun bangunan
SMK,
Bisa!!!
Itulah jargon dari SMK, apa itu kepanjangan SMK yaitu
Sekolah Menengah Kejuruan yang notabennya adalah serumpun atau adik kakak
dengan Sekolah Menengah lainnya. Sama seperti sekolah sederajad seperti SMA
yang ahli dalam sain atau ilmu sosialnya ataupun MA yang ahli dalam ilmu
Agamanya, SMK juga punya potensi keahlian tersendiri meskipun disamping itu
memang kebanyakan anak SMK terlihat kekanak-kanakan jika dihadapkan dengan
soal-soal pelajaran semacam yang dipunyai oleh SMA ataupun MA. Sebut saja
Program SMK rumpun Bangunan yang dipandang masyarakat sebagai Sekolah Menengah
Kuli artinya dipandang hanya sebagai sarana menjadi kuli bangunan.
Banyak
yang janggal disini seperti sebut saja pada harian Kompas pada 19 Desember 2006
dimana Dinas Pendidikan kota bandung menargetkan pertumbuhan SMK sebagai
prioritas, mengapa demikian? Mungkin karena SMK belum menjadi prioritas warga
meskipun Pemerintah tidak henti menggembor-gemborkan agar masyarakat berminat
di SMK dengan program-program barunya atau mungkin ada alasan lain. Sekarang
Coba dilihat bahwa program SMK apalagi program bangunan sebagai salah satu jurusan
SMK perkembangannya menurun dan semakin terpuruk karena kurangnya jumlah
peminat baik di negreri mau swasta, Kenapa? Ya itu tadi masyarakat hanya
berfikir lulusan SMK bangunan palingan hanya menjadi kuli saja setelah lulus
sama seperti lulusan SMK otomotif yang dipandang hanya sebagai montir hanya
saja di era sekarang montir lebih dianggap bergengsi dari pada menjadi kuli
saja. Inilah tugas Masing masing SMK sekarang bagaimana caranya menarik
peminat-peminatnya padahal dibalik pemikiran tadi potensi anak-anak yang
mengambil SMK Bangunan akan menjadi lebih berpotensi lagi apabila ditangani
dengan sabar dan penuh dengan prihatin oleh guru-gurunya. Pengalaman saat di
Sekolah dulu satu kelas mendapatkan nilai jelek pada matematika tapi saat
dihadapkan dengan seorang guru yang penuh dengan kesabaran dan keprihatinan
selama satu setengah tahun semuanya berubah, sehingga saat UAN-pun satu kelas
mendapatkan nilai bagus bahkan ada yang sampai pada angka 9.75 di Ijazahnya,
setiap kali mengajar didatangi satu persatu dan menjelaskan kepada satu per
satu anak, bahkan di adakan belajar bersama dirumahnya dan dengan rela
meringkaskan rumus-rumus siap pakai sekaligus dibimbing bagaimana cara
mendistribusi dan mendapatkan rumus baru dengan rumus tersebut. Andaikan saja
guru SMK pembangunan seperti itu semua muridpun tidak segan dengan melakukan
kerja keras untuk mendapatkan prestasi yang terbaik dan siap kerja dengan
profesional bukan dengan marah-marah yang tidak jelas atau dengan kata-kata yang
menyindir, kenapa demikian? Belajar dimasa SMK yang masih muda itu ibarat
mengukir ilmu diatas batu dimana penempaannya harus sabar dan dengan kerja
keras sehingga hasilnya bagus, awet dan tahan lama bukan dengan marah-marah dan
bentak bentak sehingga si anak terpaksa dan hasilnya pun terpaksa akhirnya ilmunyapun
terpaksa juga.
Dalam pengembangan
sumberdayanya juga begitu, dimana Sekolah khususnya Kepala sekolah dan guru
menjadi andil pertama yang perlu memutar otak lebih keras lagi dan bukanlah cuma
Pemerintahnya yang menggembor-gemborkan lewat iklan, apa sih artinya
menggembor-gemborkan SMK Bisa tanpa turut merasakan apa yang terjadi di SMK-nya
itu?
Pernah
membaca di Internet juga di ilmusipil.com dimana potensi anak SMK pembangunan
bisa lebih dari sarjana teknik sipil, mengapa???
Karena
pertama lulusan SMK punya peluang besar habis lulus langsung kerja, tentu saja
dengan kerja kerasnya dimasa muda tersebut dengan ilmu dan pengalaman masa
mudanya juga bisa menjadikannya lebih profesional saat kerja. Kedua seseorang
pasti memiliki kelebihan masing-masing pastilah ada anak SMK yang kemampuannya
melebihi sarjana. Kemudian ketiga lulusan anak SMK tidak berfikiran macam-macam
sedangkan anak Universitas lulus untuk hanya sekedar mengejar IPK tertinggi
atau apalah itu sehingga kwalitasnya tidak berimbang padahal ilmunya hanya didapat
dari dosen jadi bisa saja saat bekerja hanya menjadi bawahan padahal banyak
pimpinan yang hanya dari lulusan SMK, bahkan saat dilombakan dimana pesertanya adalah
anak SMK dan anak Universitas banyak diantara anak SMK yang malah menjadi juara
satu.
Jadi
singkatnya siapa yang harus turut andil bagian dalam pengembangan potensi
sumberdaya anak SMK khususnya bangunan adalah kerja sama kita semua dimana
Guru, Kepala sekolah, Pemerintah, siswa, Masyarakat dan khususnya orang tua
siswa harus ambil bagian juga dalam pengembangan potensi anaknya.
Mungkin
akan banyak sanggahan tentang tulisan ini tapi lebih penting lagi siapa yang
perlu disanggah dalam hal ini.